Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Kualitas pertandingan jadi lebih bagus, suporter pasti lebih senang waktu nonton pertandingan," sambungnya.
Saat diterapkan pada Liga 1 2017, sejumlah klub bisa mendapatkan nama mentereng seperti Peter Odemwingie (Madura United) atau Michael Essien (Persib Bandung).
Nama sukses lain dari kebijakan itu antara lain, Paulo Sergio, Nick Van der Velden, Mohammed Sissoko, hingga Wiljan Pluim.
Di sisi lain, ada pula marquee player yang "antah berantah" seperti Anmar Almubaraki (Persiba Balikpapan), Jose Coelho (Persela Lamongan), atau Juan Pino (Arema FC).
PSSI perlu melihat kondisi keuangan klub-klub Liga 1 sebelum membuka peluang keran marquee player.
Sebagai pemain jebolan liga elite dunia, tentu para marquee player akan membebani finansial klub.
Problemnya, klub-klub Liga 1 belum sepenuhnya pulih dari seretnya keuangan akibat pandemi Covid-19.
Kasus terbaru antara Marko Simic dan Persija Jakarta membuktikan terdapat keterbatasan keuangan klub Indonesia untuk menggaji pemain asing "biasa" sekalipun.
Baca Juga: Tak Diizinkan Main di SEA Games 2021, Tokyo Verdy Minta Pratama Arhan Fokus ke Klub
PSSI tampak perlu mempertimbangkan penundaan kebijakan marquee player bagi klub Liga 1.
Ketimbang "membakar uang" untuk pemain asing, lebih bagus jika PSSI mewajibkan klub membangun kompleks latihan, fasilitas akademi, atau sarana penunjang klub profesional lainnya.
Baca Juga: Tokyo Verdy Cegah Pratama Arhan Gabung Timnas U-23, Langkah Tepat Bagi Karier Wonderkid Indonesia?