Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - Stefano Cugurra mendukung regulasi marquee player kembali diterapkan di Liga 1, potensi kehadiran superstar seperti Michael Essien.
Marquee player berpeluang hidup kembali di Liga 1 setelah terakhir kali diterapkan pada 2017.
Ketua umum PSSI Mochamad Iriawan menyatakan regulasi marquee player bisa dimunculkan dengan kesepakatan klub Liga 1 saat kongres.
Marquee player umumnya diterapkan untuk melabeli seorang pemain dalam sebuah klub yang didaftarkan di luar batasan gaji (salary cap).
Baca Juga: Brylian Aldama Anggap Persebaya Rumah, Bajul Ijo Perlakukan Sang Bocah Sebagai Pemain Mentah Biasa
Di Indonesia, marquee player diartikan sebagai seorang pemain yang diboyong dari liga-liga besar Eropa atau pernah bermain di Piala Dunia.
Pelatih Bali United Stefano Cugurra menyatakan dukungannya terhadap rencana besar bagi Liga 1 tersebut.
Bali United memang tergolong klub kaya sehingga bisa mudah mendatangkan pemain bintang dari belahan dunia mana pun.
"Wacana itu bagus, saat datang pemain asing yang berkualitas maka liga otomatis akan lebih bagus juga," ucap Teco dikutip dari Kompas.com (29/4/2022).
"Kualitas pertandingan jadi lebih bagus, suporter pasti lebih senang waktu nonton pertandingan," sambungnya.
Saat diterapkan pada Liga 1 2017, sejumlah klub bisa mendapatkan nama mentereng seperti Peter Odemwingie (Madura United) atau Michael Essien (Persib Bandung).
Nama sukses lain dari kebijakan itu antara lain, Paulo Sergio, Nick Van der Velden, Mohammed Sissoko, hingga Wiljan Pluim.
Di sisi lain, ada pula marquee player yang "antah berantah" seperti Anmar Almubaraki (Persiba Balikpapan), Jose Coelho (Persela Lamongan), atau Juan Pino (Arema FC).
PSSI perlu melihat kondisi keuangan klub-klub Liga 1 sebelum membuka peluang keran marquee player.
Sebagai pemain jebolan liga elite dunia, tentu para marquee player akan membebani finansial klub.
Problemnya, klub-klub Liga 1 belum sepenuhnya pulih dari seretnya keuangan akibat pandemi Covid-19.
Kasus terbaru antara Marko Simic dan Persija Jakarta membuktikan terdapat keterbatasan keuangan klub Indonesia untuk menggaji pemain asing "biasa" sekalipun.
Baca Juga: Tak Diizinkan Main di SEA Games 2021, Tokyo Verdy Minta Pratama Arhan Fokus ke Klub
PSSI tampak perlu mempertimbangkan penundaan kebijakan marquee player bagi klub Liga 1.
Ketimbang "membakar uang" untuk pemain asing, lebih bagus jika PSSI mewajibkan klub membangun kompleks latihan, fasilitas akademi, atau sarana penunjang klub profesional lainnya.
Baca Juga: Tokyo Verdy Cegah Pratama Arhan Gabung Timnas U-23, Langkah Tepat Bagi Karier Wonderkid Indonesia?