Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Ketimbang Bakar Uang untuk Marquee Player, Klub Liga 1 Lebih Baik Bangun Fasilitas Latihan Sendiri?

By Najmul Ula, Jumat, 29 April 2022 | 17:11 WIB
Ilustrasi Liga 1 2021

BOLANAS.COM - PSSI membuka peluang kembalinya marquee player, klub-klub Liga 1 lebih baik membangun fasilitas penunjang klub profesional.

Marquee player akan berdatangan ke Liga 1 musim depan jika klub-klub menyetujui regulasi tersebut pada kongres PSSI dan manager meeting.

Regulasi marquee player terakhir kali diterapkan di Indonesia pada Liga 1 2017.

Saat itu, sejumlah nama tenar berhasil didatangkan, seperti Michael Essien di Persib Bandung atau Peter Odemwingie di Madura United.

Baca Juga: Rahasia Sukses Elkan Baggott di Liga Inggris, Bek Senior Ipswich Town: Dia Cepat Belajar, Dia Pemain Masa Depan

Ketua umum PSSI Mochamad Iriawan pertama kali mengungkit peluang marquee player pada Maret lalu.

Mochamad Iriawan menyatakan akan mengusulkan regulasi marquee player pada Kongres PSSI mendatang.

"Saya pikir itu kembali ke kesiapan mereka, para klub," ujar Iriawan (29/3/2022).

"Kami malah senang, makin banyak pemain yang bagus makin bergairah dan tentunya makin menarik," sambungnya.

Baca Juga: Era Superstar Essien-Odemwingie Bisa Terulang, Pelatih Bali United Dukung Marquee Player Dihidupkan di Liga 1

Pelatih Bali United Stefano Cugurra lantas menyambut baik usulan PSSI tersebut.

Sebagai salah satu klub terkaya Liga 1, Bali United memang bisa leluasa mendatangkan pemain asing berharga mahal.

"Wacana itu bagus, saat datang pemain asing yang berkualitas maka liga otomatis akan lebih bagus juga," ucap Teco dikutip dari Kompas.com (29/4/2022).

"Kualitas pertandingan jadi lebih bagus, suporter pasti lebih senang waktu nonton pertandingan," sambungnya.

Masalahnya, kemampuan finansial klub-klub Indonesia perlu ditelusuri lebih lanjut sebelum memboyong pemain kelas dunia.

Kasus Marko Simic vs Persija Jakarta membuktikan klub-klub Liga 1 masih menggunakan SK PSSI tentang pemotongan gaji 50 persen selama pandemi Covid-19.

Jika pemain "antah berantah" seperti Marko Simic saja mau melawan aturan tersebut, apa jadinya jika pemain setara Essien dan Odemwingie di masa kini seperti Mateo Kovacic atau Christian Benteke?

Kalaupun klub bisa menggaji mahal pemain seperti halnya PSIS Semarang kepada Taisei Marukawa, bukankah PSSI sebaiknya mengarahkan klub untuk bijak dalam pengeluaran.

Baca Juga: Tokyo Verdy Cegah Pratama Arhan Gabung Timnas U-23, Langkah Tepat Bagi Karier Wonderkid Indonesia?

Jamak bagi klub Liga 1 untuk menumpang berlatih di lapangan milik swasta atau stadion milik pemerintah daerah.

PSSI bisa mewajibkan klub-klub untuk membangun fasilitas latihan sendiri sebelum "membakar uang" untuk merekrut marquee player.

Selain itu, klub Liga 1 juga bisa mengarahkan pengeluaran untuk membangun kompetisi Elite Pro Academy yang lebih berkualitas.

Jika saja terdapat pembiayaan lebih besar, kompetisi Elite Pro Academy di level U-16, U-18, dan U-20 bisa berjalan satu tahun penuh.

Semua hal tersebut, fasilitas dan tim akademi, bisa berdampak positif bagi timnas Indonesia.

Jadi, PSSI tampak perlu mempertimbangkan ulang penerapan marquee player selama klub Liga 1 belum sepenuhnya "profesional".

Baca Juga: BREAKING NEWS - Ansan Greeners Akhirnya Izinkan Asnawi Mangkualam Bela Indonesia di SEA Games 2021

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P