Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - Persija Jakarta mengenalkan terobosan baru bagi pemain belia, capaian di timnas junior dianggap tak penting bagi pengembangan pemain.
Manajemen Persija Jakarta tengah menuai prestasi jangka pendek dengan memasok sejumlah besar pemain ke timnas Indonesia U-16 dan U-20.
Sebanyak enam pemain dikirim ke timnas Indonesia U-17 asuhan Bima Sakti, serta 11 pemain dihantar ke timnas Indonesia U-20 besutan Shin Tae-yong.
Satu "prestasi" lain yang patut disorot adalah jumlah pemain Persija Jakarta yang bermain dalam laga pemanasan Macan Kemayoran U-18 kontra timnas Indonesia U-20, Minggu (4/9/2022).
Pada laga itu, Persija Jakarta U-18 tentu saja menurunkan sebelas pemain, ditambah oleh tujuh macan muda yang diturunkan Shin Tae-yong bersama tim Garuda.
Total terdapat 18 pemain di lapangan itu yang saat ini berstatus sebagai pemain Persija, sebuah angka fenomenal untuk laga usia muda yang melibatkan tim nasional.
Persija dapat lebih bangga, lantaran Shin Tae-yong kepincut dengan seorang pemain Persija U-18 yang bermain baik pada laga itu dan memenangkan timnya dengan skor 2-1.
Pemain tersebut yaitu Dony Tri Pamungkas, yang langsung dipanggil Shin Tae-yong keesokan harinya untuk bergabung skuat timnas U-20.
Belakangan, Kepala Metodologi Persija EPA Miskardi memberi statemen menarik bahwa dipanggil timnas junior bukanlah hal istimewa.
"Kami selalu tanamkan ke pemain bahwa timnas junior itu tidak penting," tegas Miskardi di laman resmi klub (7/9/2022).
"Hal terpenting adalah pemain bekerja keras untuk menjadi pemain reguler di tim utama Persija dan timnas senior."
Apabila mencermati jalan karier sejumlah pemain Persija, terlihat memang Persija dapat mengembangkan pemain yang tak terpantau radar tim nasional.
Dony Tri Pamungkas misalnya, ia tak pernah dipanggil timnas U-16, tetapi dapat mencicipi debut di Liga 1 dalam usia 16 tahun.
Frengky Missa juga demikian, ia tak pernah membela timnas di usia mana pun, lantas tiba-tiba menjelma menjadi starter reguler di tangan Thomas Doll.
Mentalitas yang ditanamkan Persija merupakan terobosan bagus di kalangan klub Indonesia, yang kerap menyaksikan pemain meredup sebelum mencapai usia emas.
Sebagai contoh, jebolan timnas Indonesia U-19 era 2013 yang ditangani Indra Sjafri hanya menghasilkan segelintir pemain jempolan di usia senior.
Dari skuat timnas U-19 tersebut, hanya Hansamu Yama, Evan Dimas, M Hargianto, Zulfiandi, dan Putu Gede, Ilham Udin, yang dapat bersaing di Liga 1 musim ini, itu pun dengan dampak bervariatif.
Sebaliknya, terdapat deretan nama dari skuat tersebut yang menghilang sama sekali, seperti Muchlis Hadi Ning, Dinan Javier, Maldini Pali, Sahrul Kurniawan, hingga Ravi Murdianto.
Mentalitas "timnas junior tidak penting" yang ditanamkan Persija dapat mencegah fenomena pemain menghilang itu terulang kembali.
Dengan dibantu kompetisi teratur di berbagai kelompok usia, pemain dapat didorong untuk selalu mengembangkan diri di setiap musim sampai menjadi pemain matang.
Hasil akhirnya, Persija dapat menikmat pemain muda yang beredar di tim utama, sampai-sampai Thomas Doll enggan melepas mereka ke timnas U-20.