Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pemain berusia 32 tahun itu menyebut mulai terdengar suara tembakan.
"Sejak saat itu, kami mulai mendengar suara tembakan dan dorongan," ujarnya.
Langkah polisi untuk membubarkan massa dengan menggunakan gas air mata rupanya malah membuat kepanikan.
Suasana di dalam stadion semakin semrawut usai tembakan gas air mata tersebut.
Abel Camara mengatakan banyak korban gas air mata yang mendapat perawatan di ruang ganti Arema FC.
"Kami memiliki orang-orang di dalam ruang ganti yang terkena gas air mata," ungkap Abel Camara.
Pemain asal Guinea-Bissau itu menyebut ada tujuh hingga delapan orang yang meninggal dunia di ruang ganti.
"Mereka meninggal dunia tepat di depan kami," tutur Abel Camara.
"Kami melihat sekitar tujuh atau delapan orang meninggal dunia di ruang ganti," sambungnya.
Para pemain Arema FC sendiri terjebak di dalam stadion selama empat jam.
Setelah situasi mulai kondusif, Evan Dimas dkk baru bisa keluar stadion.
"Kami harus tinggal di sana selama empat jam sebelum mereka berhasil mendorong semua orang menjauh," kata Abel.
"Ketika kami pergi dan situasi lebih tenang, ada darah, sepatu kets, dan pakaian di seluruh aula stadion."
"Kami meninggalkan stadion dengan bus, ada mobil sipil dan polisi terbakar. Namun, perjalanan kami hingga ke training centre berjalan mulus," pungkasnya.