Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Duerden juga menyoroti otoritas sepak bola Indonesia (dalam hal ini PSSI) yang gagal mengatasi masalah tahunan di lingkup suporter.
"Otoritas (PSSI) kesulitan menyelesaikan itu semua, tidak terbantu dengan inkompetensi, korupsi, dan salah urus," terang Duerden.
"Popularitas sepak bola membuat para pemimpin (politisi) menggunakannya untuk kepentingannya sendiri, dan sedikit peduli tentang bagaimana itu (sepak bola) beroperasi."
Simon Hughes dari The Athletic juga menurunkan laporan saksi mata terkait kejadian mengerikan di Kanjuruhan.
The Athletic menggarisbawahi kebiasaan buruk suporter Indonesia yang turun ke lapangan saat hasil buruk melanda timnya.
"Invasi ke lapangan bukan hal asing di sepak bola Indonesia, di mana tim-tim dengan hasil buruk terbiasa didemonstrasi yang menggambarkan kekecewaan orang-orang," tulis Simon Hughes.
The Athletic tak ragu menyebut polisi sebagai biang kekacauan di lapangan dan tribun Stadion Kanjuruhan.
"Kali ini, polisi tidak menunggu apakah situasi menjadi lebih buruk (untuk melepas gas air mata)."
"Gas air mata ditembakkan ke kerumunan yang membuat banyak orang di lapangan dan tribun, kesulitan mendapatkan udara, berlarian ke arah yang sama (pintu keluar)."
Sementara itu, belum ada penetapan terkait siapa paling bertanggung jawab atas insiden berdarah ini.
PSSI menyatakan Liga 1 2022/23 dihentikan hingga waktu tak ditentukan, dan publik ragu akan ada yang dihukum.