Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - Direktur PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Teddy Tjahjono, buka sura soal wacana Liga 1 hanya dimainkan di akhir pekan.
Wacana Liga 1 hanya dimainkan pada akhir pekan sendiri muncul dari FIFA.
Setelah tragedi Kanjuruhan, FIFA memang menyampaikan lima poin rekomendasi untuk sepak bola Indonesia.
Salah satu poin yang disampaikan oleh FIFA adalah pengaturan jadwal Liga 1.
Seperti diketahui, Liga 1 2021-2022 memang kerap dimulai pukul 20.00 WIB.
FIFA menyarankan PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) agar menggelar laga dengan resik tinggi selambat-lambatnya pukul 17.00 WIB.
Selain itu, FIFA juga menyarankan agar Liga 1 hanya digelar pada akhir pekan Sabtu dan Minggu.
Lima poin dari FIFA itu rupanya juga sudah sampai ke telinga Direktur PT PBB, Teddy Tjahjono.
Teddy Tjahjono menilai wacana FIFA tersebut akan sulit diterapkan di Indonesia.
Teddy Tjahjono menyebut jika wacana FIFA mengacu kepada kompetisi di Eropa, maka hal tersebut sulit diterapkan di Indonesia.
Pasalnya, di Indonesia saat ini tidak ada Piala Liga.
"Tapi kan begini yang harus kita pahami, kalau di Eropa bisa mengatakan begitu karena kan kompetisinya padat," tutur Teddy dikutip dari Kompas.com.
"Normalnya kalau di Eropa mereka bermain tetap tiga sampai empat hari, weekdays ada FA, ada Champions League, Euro, jadi kompetisi padat."
Baca Juga: Dua Permintaan Shin Tae-yong kepada Pemain Timnas U-20 Indonesia Selama TC di Eropa
"Tapi biasanya main tetap tiga sampai empat hari sekali," imbuhnya.
Saat ini di klub-klub di Indonesia memang hanya bermain di liga saja.
PSSI terakhir kali menggulirkan Piala Indonesia pada musim 2018-2019 lalu.
Teddy menilai kondisi ini perlu menjadi pertimbangan PSSI dan PT LIB sebelum mengambil keputusan.
"Kalau di kita kan hanya satu kompetisi, apa benar mau dijadikan seminggu sekali," kata Teddy.
"Ini hal-hal masih harus dipertimbangkan karena situasinya agak beda," sambungnya.
Meski begitu, Teddy mengaku akan mengikuti keputusan akhir yang diambil oleh PSSI dan PT LIB.
"Pada akhirnya kita sebagai peserta ikut aturan saja, kita berpendapat bisa, tapi keputusan diambil oleh PT LIB," tandasnya.