Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - Gilang Widya Pramana angkat kaki dari Arema FC, ia terungkap cuma pemilik saham minoritas dan merupakan "pion" Iwan Budianto.
Reformasi sepak bola Indonesia bergulir dengan sendirinya usai pertahanan PSSI runtuh saat mengumumkan Kongres Luar Biasa.
Ketua umum PSSI Mochamad Iriawan beserta anggot Exco mengumumkan percepatan Kongres Luar Biasa akibat Tragedi Kanjuruhan pada Jumat (28/10/2022).
Satu hari setelah keputusan tersebut, terjadi peristiwa besar yang menimpa klub paling terdampak Tragedi Kanjuruhan, Arema FC.
Pada Sabtu (29/10/2022) hari ini, presiden Arema FC Gilang Widya Pramana menyatakan undur diri dari jabatannya.
"Sepak bola adalah passion dalam hidup saya dan sebagai Aremania saya bangga telah diberi kesempatan menjadi Presiden Arema FC sejak 6 Juni 2021," ucap Gilang.
"Saya sudah berusaha memberikan semua yang terbaik untuk klub tetapi mungkin klub memerlukan sosok yang lebih baik lagi."
"Karena itu saya memutuskan untuk mundur sebagai Presiden Arema FC terhitung mulai hari ini," tegasnya.
Dalam penjelasan Gilang, ia mengungkap kesulitan menjalankan peran lebih besar di Arema FC lantaran cuma berstatus investor kecil.
Pernyataan itu menguak realita bahwa Arema FC dimiliki oleh pemegang saham terbesar, Iwan Budianto, yang selama ini tak terlihat dan lebih dikenal sebagai wakil ketua umum PSSI.
"Presiden Arema FC adalah posisi kehormatan yang tidak memiliki legal standing," urai Gilang.
"Posisi ini diberikan kepada saya oleh PT AABBI, pemilik Arema FC, karena perusahaan saya masuk sebagai salah satu sponsor dan investor kecil."
"Saya tidak ada di dalam daftar eksekutif perusahaan sehingga kewenangan saya sangat terbatas," tandasnya.
Dengan penjelasan seperti itu, Gilang Widya Pramana seharusnya bukan sosok paling bertanggung jawab atas Tragedi Kanjuruhan di pihak Arema FC.
Gilang menguasai 750 lembar saham senilai Rp750 juta, dengan Raffi Ahmad memiliki 500 lembar saham senilai Rp500 juta.
Adapun pemilik saham terbesar berjummlah 3750 lembar senilai Rp3,75 miliar adalah Iwan Budianto.
Dengan demikian, Gilang tampak menjelaskan bahwa kewenangannya di Arema FC amat terbatas lantaran terdapat penguasa lebih besar, yaitu Iwan Budianto.
Dengan keputusan KLB yang diputuskan akan dipercepat, diharapkan konflik kepentingan dan rangkap jabatan di klub dan PSSI dapat diatasi.