Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - Mochamad Iriawan mengakhiri satu bulan penuh turbulensi dengan pernyataan akan menggelar Kongres Luar Biasa, ia terancam dilengserkan sebelum waktunya.
Publik sepak bola Indonesia menyaksikan babak terbaru rezim Mochamad Iriawan di PSSI, yang kemungkinan bakal berakhir di 2022.
Mochamad Iriawan merupakan ketua umum PSSI yang dianggap ikut bertanggung jawab dalam Tragedi Kanjuruhan, tetapi tak mau mundur seperti tuntutan publik.
Pada akhirnya, perlu intervensi pemerintah untuk membuat Mochamad Iriawan mau memenuhi tuntutan itu, meski harus melalui Kongres Luar Biasa.
Baca Juga: Tak Mau Mundur Hingga Detik Terakhir, Iwan Bule Hanya Mau Dicopot Lewat KLB
Kongres Luar Biasa adalah hal yang dipersyaratkan pemerintah agar PSSI dapat diizinkan menggelar kompetisi lagi.
Dalam kongres tersebut, Mochamad Iriawan dihadapkan dengan kemungkinan voter PSSI tak mempercayainya lagi, dan memilih ketua umum baru.
Hampir satu bulan usai Tragedi kanjuruhan, pengurus PSSI yang selama ini "cuci tangan" akhirnya menerima nasib bisa dilengserkan dari menara gadingnya.
BolaNas.com merangkum babak demi babak kejatuhan Mochamad Iriawan cs dalam kronologi berikut.
Baca Juga: Mulai Terlempar dari Timnas Indonesia, Winger Persib Mengaku Tetap Fit untuk Kembali
1 Oktober - Tragedi Kanjuruhan
Tragedi kemanusiaan yang merupakan akibat dari penyelenggara tak profesional dan aparat yang brutal terjadi di laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya.
Sebanyak 135 korban tewas membuat PSSI berada di bawah tekanan hebat untuk mempertanggungjawakan perbuatannya, yaitu membiarkan Liga 1 digelar tanpa jaminan keselamatan.
6 Oktober - Berlindung di Balik Regulasi, Selamat dari Kejaran Kepolisian
Mochamad Iriawan menyitir regulasi Liga 1 untuk mempertahankan diri menghadapi desakan mundur.
Dalam regulasi yang "membebaskan PSSI dari segala tuntutan" tersebut, pihak panitia pertandingan menjadi koraban yang ditumbalkan.
"Ini semua tanggung jawab panpel, memang begitu aturannya, kalau netizen ngomong begitu (minta mundur) mohon maaf saya tidak tahu apa dasarnya," ujarnya.
Di hari yang sama, Kapolri mengumumkan penetapan enam tersangka, tak satu pun berasal dari institusi PSSI.
14 Oktober - Pukulan Telak TGIPF
Pemerintah membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta yang dipimpin Mahfud MD untuk menyelesaikan Tragedi Kanjuruhan.
Salah satu kesimpulan laporan TGIPF menyatakan PSSI sebagai lembaga yang tidak profesional dan tidak memahami tanggung jawab sebagai penyelenggara kompetisi.
Rekomendasi TGIPF lainnya, ketum PSSI dan seluruh anggota Exco diminta mundur sebagai pertanggungjawaban moral.
Laporan TGIPF tersebut memberi sinyal bahwa pemerintah tak membela Mochamad Iriawan.
20 Oktober - Diperiksa Kepolisian
Dua hari sebelumnya mangkir dari pemeriksaan dengan dalih bertemu Presiden FIFA, Mochamad Iriawan akhirnya memenuhi panggilan polisi.
Tak mau berbicara di hadapan media untuk menjelaskan statusnya.
24 Oktober - Pemberontakan Dua Klub
Persis Solo dan Persebaya Surabaya menjadi dua klub pertama yang bersikap tegas mengirim surat permohonan Kongres Luar Biasa.
Kaesang Pangarep dan Azrul Ananda memberi pesan bahwa pihak klub tak lagi percaya pada Mochamad Iriawan untuk memimpin PSSI.
28 Oktober - Pernyataan kalah
Berminggu-minggu mempertahankan jabatan, menyadari posisinya tak didukung masyarakat dan tak lagi dilindungi pemerintah, Mochamad Iriawan menyatakan PSSI akan menggelar KLB.
Baca Juga: Iwan Bule Ingin Tetap Menjabat Ketum PSSI Hingga KLB, Ada Skenario Ia Mau Mencalonkan Diri Lagi?