Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Iya benar (ada surat) dari klub tak diberi izin (berangkat ke Piala AFF 2022)," sambungnya.
Baik Gillingham dan KV Mechelen mempunyai alasan kuat untuk menolak keinginan timnas Indonesia yang terobsesi akan Piala AFF.
Pertama, Piala AFF 2022 digelar di luar kalender FIFA, sehingga bertubrukan dengan agenda klub di level setinggi Eropa.
Jika agenda klub dan timnas bertabrakan, klub Eropa bisa berargumen bahwa regulasi berpihak pada klub untuk tak melepas pemain.
Toh, Gillingham dan KV Mechelen pasti akan melepas pemain jika timnas Indonesia memanggil di FIFA Matchday atau turnamen besar.
Kedua, Piala AFF 2022 yang bentrok jadwal dengan agenda Eropa adalah turnamen kecil yang tak bergaung sampai FIFA.
Turnamen antarnegara yang bergulir di tengah klub sejatinya bukan hal asing, seperi Piala Afrika atau Piala Asia 2019.
Namun perlu dicatat bahwa Piala Afrika dan Piala Asia adalah turnamen level kontinental, sehingga FIFA mau menegakkan regulasi kewajiban klub melepas pemain.
Baca Juga: Piala AFF 2022 - Nyali Lawan Perdana Timnas Indonesia Ciut usai Digebuk Malaysia
Hal itu tak terjadi pada Piala AFF, yang cuma berlevel regional.
Jikapun pihak klub menyerahkan pada pemain mengenai keputusan membela klub atau timnas, pendapat Kieran McKenna sang pelatih Ipswich Town bisa didengar.
"Pertimbangannya adalah bahwa dia merupakan pemain muda yang sedang membangun karier di level profesional olahraga ini," jelas McKenna.
"Dan ketika ada turnamen internasional di luar kalender (FIFA), itu bisa menjadi sandungan untuk membangun momentum dalam karier di klub."
"Yang mana itu adalah hal terpenting bagi Elkan (dan pemain lainnya), dan juga hal penting bagi negaranya karena mereka ingin Elkan Baggott sukses," jelasnya.
Pandangan serupa juga mulai diadopsi negara Asia Tenggara lain, seperti Chanathip Songkrasin yang menarik diri atau Johor Darul Takzim yang "memerintahkan" 11 pemain mundur.