Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Penalti itu didapat setelah Asnawi Mangkualam mengirim tembakan yang dihalau tangan Theerathon Bunmathan.
Tak lama berselang, Thailand seakan menggali kuburan sendiri dengan kartu merah yang menimpa Sanrawat Dechmitr.
Ironisnya, Indonesia justru tertekan saat unggul skor dan unggul jumlah pemain, terlihat dari banyak salah umpan dan banyak pelanggaran tak perlu.
Dari titik ini, terlihat aspek mental pemain sangat lemah hingga tak bisa memanfaatkan keunggulan pemain sekaligus kehadiran puluhan ribu suporter.
Thailand tetap menguasai bola hingga 63 persen padahal cuma bermain dengan 10 orang.
Pada akhirnya apa yang ditakutkan tiba, 11 pemain dengan pikiran berkecamuk tak bisa mencegah gol Thailand yang dicetak Sarach Yooyen.
Kondisi ini merupakan pengulangan dari laga semifinal Piala AFF 2020 silam, saat Indonesia justru "hancur" di hadapan Singapura yang bermain dengan 10 orang.
Unggul jumlah pemain di sepanjang babak kedua, Indonesia justru panik hingga dibobol tendangan bebas Shahdan Sulaeman.
Baca Juga: Piala AFF 2022 - Main Terlalu Agresif saat Lawan Malaysia, Park Hang-seo Tegur Pemain Vietnam
Indonesia makin kelihatan bodoh saat membuat pelanggaran di kotak penalti dan membuat Singapura berkesempatan mencuri gol di masa injury time.
Untung saja Nadeo Argawinata melakukan save heroik atas penalti Faris Ramli, dan Indonesia kembali dibantu kartu merah kedua untuk Singapura di extra time.
Kemenangan 4-2 pada laga itu tidak menggambarkan betapa pemain Indonesia dibuat frustrasi oleh Singapura yang mengakhiri laga dengan sembilan pemain.
Dalam dua kejadian di atas, pemain besutan Shin Tae-yong terlihat minim ketenangan saat unggul jumlah pemain.
Hal tersebut hanya bisa diatasi dengan memperbanyak pertandingan berkualitas di kompetisi domestik, yang sekarang tak ditemukan di Liga 1.
Baca Juga: Agen Kudela Beraksi, Muhammad Ferarri 'OTW' ke Eropa Usai Digaet Agensi Republik Ceska