Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Marselino Ferdinan (18 tahun) bisa menjadi pemain yang sangat spesial," tulis Postma (18/1/2023).
"Gelandang serang ini mungkin adalah talenta terhebat yang pernah ada dari Indonesia dan bisa dengan mudah mencapai Eropa," urainya.
Kalimat terakhir Postma itu perlu ditelisik lebih lanjut, mengingat ini bukan kali pertama wonderkid Indonesia dilabeli demikian.
Sejauh ini terdapat tiga pemain Indonesia yang dapat dijadikan contoh mengenai persaingan di sepak bola Eropa, yaitu Egy Maulana Vikri, Witan Sulaeman, dan Bagus Kahfi.
Egy, Witan, dan Bagus sama-sama membangun reputasi dari timnas junior Indonesia, untuk kemudian memenangi kepindahan ke Eropa.
Sayangnya apa yang terjadi dalam karier tiga pemain itu tak seindah yang dibayangkan, jika tak ingin disebut gagal.
Egy cuma memainkan tiga pertandingan liga pada dua musim pertama di Lechia Gdansk, lantas memutuskan "turun kasta" ke Liga Slovakia.
Di Slovakia pun, Egy cuma memainkan satu musim reguler di FK Senica sebelum diputus kontrak oleh Zlate Moravce akibat kekurangan menit main.
Baca Juga: Dukung Bambang Pamungkas Jadi Cawaketum PSSI, Teco: Dia Tahu Masalah di Sepak Bola Indonesia
Setali tiga uang, Witan juga cuma mencicipi sedikit kesempatan di Radnik Surdulica dan Lechia Gdansk.
Setelah bermain reguler sebentar di FK Senica, Witan kembali sering menghangatkan bench di AS Trencin pada musim ini.
Karier Bagus Kahfi malah belum dihiasi rentetan starter reguler, baik di Jong FC Utrecht maupun Asteras Tripolis.
Jadi, Marselino harus meruntuhkan tembok Eropa di atas untuk menjadi pemain Indonesia pertama yang benar-benar bisa tampil reguler di Eropa.
Yang menjadi nilai plus, Marselino sudah membawa pengalaman merumput di Liga 1 selama dua musim di Persebaya, sedangkan para pendahulunya langsung mencicipi karier pro di Eropa.