Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - Thomas Doll secara terbuka mengkritik Shin Tae-yong, eks pelatih Borussia Dortmund berkepentingan menjaga pemain Persija Jakarta.
Bukannya menyerah, Thomas Doll semakin lantang mengkritik Shin Tae-yong mengenai cara melatih timnas Indonesia U-20.
Persija Jakarta saat ini terancam dilucuti Shin Tae-yong yang hendak memanggil sembilan pemain untuk training camp timnas Indonesia U-20.
Pada hari pertama TC timnas Indonesia U-20, Rabu (1/2/2023), tampak enam pemain utama Persija Jakarta belum memenuhi panggilan itu.
Enam pemain utama Persija yang ditahan Doll itu adalah Cahya Supriadi, Muhammad Ferarri, Frengky Missa, Dony Tri Pamungkas, Ginanjar Wahyu, dan Alfriyanto Nico.
Sebelum ini, Doll telah berulang kali mengkritik pemusatan jangka panjang yang dipilih Shin Tae-yong.
Kritik berulang Doll tersebut bisa dilacak sejak masa pramusim, berlanjut saat TC dua bulan di Eropa pada Oktober-November, hingga menjelang Piala AFF 2022.
Lantaran PSSI dan Shin Tae-yong masih saja menggelar TC jangka panjang pada Februari ini, Doll kembali meledak.
Apabila diibaratkan guncangan gempa, maka magnitudo kritik yang dilontarkan Doll kali ini jauh lebih besar.
Maklum, Persija sedang berburu puncak klasemen Liga 1, dan saat ini tengah tertinggal dua poin dari Persib Bandung.
Apabila enam pemain di atas ditarik timnas U-20, skuat Persija boleh dibilang menipis gara-gara kebijakan PSSI dan Shin.
Dalam benak Doll dan manajemen Persija, pemanggilan enam pemain utama sama saja menggerus peluang tim menjuarai Liga 1.
Oleh karena itu, Doll kali ini secara langsung menyebut Shin Tae-yong "tidak paham" mengenai pola latihan pemain di klub dan timnas.
"Ferarri contohnya tahun lalu menit main sedikit, tampil tidak begitu bagus tapi setelah di kompetisi dia dapat pendamping yang bagus (Ondrej Kudela), jadi bisa dilihat sekarang dia bagus," tutur Doll (2/2/2023).
"Pemain U-20 itu butuh kompetisi, saya merasa Shin Tae-yong tidak paham soal ini," sambungnya.
Lebih lanjut, Doll mengungkit latar belakangnya dari Eropa, di mana timnas memiliki jadwal tersendiri dalam berlatih.
Federasi di Eropa memiliki pelatih di tiap kelompok umur timnas, sehingga semua latihan bisa dipampatkan pada masa FIFA Matchday.
Dalam kasus Indonesia, hal itu tak bisa dilakukan karena PSSI memberi mandat pada Shin untuk melatih tiga level timnas.
"Percayalah, di Eropa dan Amerika Selatan tidak ada TC jangka panjang, karena semua (pemain) tampil di liga utamanya," tutur Doll.
"Karena sampai sekarang di klub Eropa dan Amerika, klub yang menggaji pemain, mungkin di Korea Selatan agak berbeda," tandasnya.
PSSI sejauh ini tak melakukan tindakan untuk meredakan konflik terbuka Doll dan Shin ini.