Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - Thomas Doll semakin keras mengkritik Shin Tae-yong, Persebaya Surabaya mengungkap PSSI tak pernah berkomunikasi.
PSSI menjadi pihak yang seharusnya memegang kendali agar mencegah bentrok pelatih klub dan timnas, tetapi itu tidak terjadi.
Saat ini sedang memanas perbedaan pendapat antara Shin Tae-yong selaku pelatih timnas Indonesia dan sejumlah pelatih di level klub.
Salah satu pelatih klub yang paling vokal menyuarakan kegelisahan adalah Thomas Doll, juru taktik Persija Jakarta.
Thomas Doll berhak marah sebab Shin Tae-yong memanggil sembilan pemain Persija Jakarta di tengah berlangsungnya Liga 1.
Persija yang sedang berkejaran dengan Persib Bandung di puncak klasemen merasa dilucuti dengan panggilan TC jangka panjang itu.
Teranyar, Doll sampai menyebut Shin Tae-yong gagal paham dan bahkan menyinggung kebiasaan di Korea Selatan.
"Pemain U-20 itu butuh kompetisi, saya merasa Shin Tae-yong tidak paham soal ini," tuding Doll (2/2/2023).
"Percayalah, di Eropa dan Amerika Selatan tidak ada TC jangka panjang, karena semua (pemain) tampil di liga utamanya."
"Karena sampai sekarang di klub Eropa dan Amerika, klub yang menggaji pemain, mungkin di Korea Selatan agak berbeda," tandasnya.
Kata-kata pedas Doll untuk Shin Tae-yong itu seharusnya tak pernah terjadi jika PSSI mengatur kesinambungan jadwal klub dan timnas.
Federasi di negara maju memiliki pelatih di tiap kelompok umur timnas, sehingga semua latihan bisa dipampatkan pada masa FIFA Matchday.
Dalam kasus Indonesia, hal itu tak bisa dilakukan karena PSSI memberi mandat pada Shin untuk melatih tiga level timnas.
Dalam keadaan Shin Tae-yong terpaksa menggelar latihan di tengah kompetisi (karena FIFA Matchday difokuskan untuk timnas senior), PSSI bersikap pasif tak menghubungi klub.
Pasifnya PSSI itu terungkap dari penjelasan manajer Persebaya Surabaya, Yahya Alkatiri, saat melepas Marselino Ferdinan ke Belgia.
Selama ini, PSSI disinyalir hanya mengirim surat pemanggilan ke tiap klub, tanpa menjelaskan mengapa itu dilakukan saat kompetisi bergulir.
"Persebaya meminta PSSI untuk menjalin komunikasi dengan klub terkait program timnas, terutama pemusatan latihan jangka panjang," pinta Yahya (2/2/2023).
"Persebaya mempertimbangkan untuk tidak mengirimkan pemain ke timnas, jika PSSI dan pelatih timnas tidak menjalin komunikasi yang baik, tidak mencari win-win solution."
"Bahkan, Persebaya bisa saja mengambil sikap, hanya mengirimkan pemain untuk timnas dalam rentang FIFA Matchday atau saat liga break," tegasnya.
Dalam pernyataan Persebaya tersebut, PSSI jelas "tidak menjalin komunikasi", "tidak mencari win-win solution", serta memaksa klub melepas pemain.
Jika semua klub berpikir seperti Persija dan Persebaya, PSSI bisa-bisa tak memiliki pemain untuk dimainkan di ajang internasional.