Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Borneo FC merupakan rival langsung Bali United di klasemen, dengan menempati peringkat empat, tepat di atas tim asuhan Teco.
Sebagai klub juara dua musim beruntun, Bali tergolong gagal menciptakan skuat berkelanjutan untuk konsisten di tiap musim.
Salah satu hal yang membedakan Manchester City-nya Pep Guardiola dan Liverpool-nya Juergen Klopp adalah klub pertama rutin mengocok ulang skuat lewat bursa transfer.
Dampaknya, tak ada pemain yang terlalu nyaman di posisinya, sekaligus selalu terdapat energi baru untuk membakar mesin tim.
Performa buruk Liverpool musim ini sedikit banyak disebabkan Juergen Klopp yang terlambat meregenerasi tim, setelah para pemain kepercayaan perlahan menua.
Hal itu pula yang dialami Teco di Bali United.
Pelatih asal Brasil itu dikenal gemar menurunkan pemain uzur saat menjadi juara dua kali beruntun, seperti Leonard Tupamahu, Fadil Sausu, M Rahmat, hingga Ilija Spasojevic.
Pada musim ini (tahun keempat Teco, atau musim penuh ketiga), Teco tak memasukkan energi baru dan justru merekrut para pemain matang-mentok.
Pada awal musim, pergerakan transfer Bali hanya berkisar pemain mendekati 30-an yang sudah kehilangan performa di tim sebelumnya.
Para pemain itu meliputi Novri Setiawan, Ramdani Lestaluhu, Hendra Bayauw, Jajang Mulyana, Sandi Sute, hingga Ardi Idrus.
Teco baru memulai peremajaan skuat setelah timnya tak lagi berpeluang menjadi juara.
Pemain muda seperti Made Tito, Rahmat Arjuna, atau Kadek Arel, seharusnya dipercaya sejak tim masih berada di puncak.
Namun karena para pemain belia itu diturunkan saat tim sedang menukik, hasil di lapangan pun tak kunjung membaik.
Saat klub lain terlihat ambisius dengan mendatangkan pelatih kelas dunia, patut ditunggu sampai kapan manajemen Bali mempertahankan Teco.