Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sebuah sepak pojok Kamboja diarahkan ke tiang jauh, yang dikembalikan sundulan Sin Sovannmakara ke tiang jauh pula, yang membuat Adi Satryo mati langkah.
Indonesia kembali unggul cepat pada babak kedua, melalui sepakan jarak jauh Beckham Putra yang berbelok arah.
Pada titik ini ketidakmatangan pemain pelapis terlihat, dibarengi teror 30 ribu suporter tuan rumah yang menginginkan timnya lolos.
Sejumlah pelanggaran sembrono bergantian dilakukan tiga pemain, yaitu Jeam Kelly Sroyer, Irfan Jauhari, dan Beckham Putra.
Pemain termuda di skuat, Muhammad Ferarri, telah mengantongi kartu kuning, tetapi tetap melakukan pelanggaran yang kelak berakhir fatal.
Gambaran minimnya ketenangan pemain terlihat di posisi bek kanan, di mana Indra sampai memainkan tiga pemain dalam 90 menit!
Ilham Rio Fahmi bermain pada babak pertama tetapi tak cukup power untuk menandingi Lim Pisoth, sehingga digantikan Bagas Kaffa.
Nama terakhir menjanjikan naluri ofensif, tetapi lagi-lagi rawan dilewati dalam bertahan, dan sempat melepas clearance lemah.
Bek kanan pamungkas kemudian diturunkan, yaitu Fajar Fathurrahman, yang dengan kematangannya menarik baju penyerang Kamboja (tanpa berakhir pelanggaran) saat hampir berlari menciptakan situasi satu lawan satu.
Ferarri yang telah disinggung di awal menimbulkan bencana pada menit ke-80, melakukan pelanggaran orang terakhir di dalam kotak penalti.
Beruntung Adi Satryo dapat mementahkan eksekusi pemain Kamboja, berikut bola rebound-nya, walau ia harus ditarik akibat benturan pada momen ini.
Melihat tiga laga sebelumnya menggunakan pemain utama, Indonesia selalu bisa menetak gol pada fase larut laga, seperti pada menit 89 dan 91 melawan Filipina, menit 73 dan 87 melawan Myanmar, dan menit 74 melawan Timor Leste.
Namun dengan skuat pelapis menghadapi tuan rumah Kamboja, Indonesia justru kalang kabut mencegah kebobolan dalam 17 menit terakhir
Andai para pemain utama bermain, skenario yang bisa dibayangkan adalah laga dapat "dimatikan" dengan tambahan keunggulan, serta mempertahankan cleansheet.
Bagaimanapun turnamen tak bisa dimenangi dengan cuma 11 pemain, dan Indra Sjafri boleh jadi mengambil keputusan tepat dengan memberi kesempatan pada para pelapis pada laga yang tak menentukan.