Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Namun regulasi yang paling mengundang tanda tanya dalam rilis PT LIB tersebut yaitu kuota minimal pemain U-23 dalam line up pertandingan.
"Kewajiban memainkan pemain minimal 1 (satu) pemain U-23 (kelahiran maksimal 1 Juli) dalam starting XI dengan durasi bermain minimal 45 menit," demikian rilis PT LIB.
"Jika pemain tersebut digunakan untuk timnas, maka penggantinya diperbolehkan menggunakan pemain lainnya yang sudah terdaftar pada klub."
Regulasi pemain U-23 tersebut pernah diterapkan pada Liga 1 2017, tetapi dicabut segera akibat menuai kontroversi.
Saat itu, PSSI pimpinan Edy Rahmayadi memberlakukan kuota minimal tiga pemain U-23 dalam starting line up Liga 1.
Regulasi tersebut dikritik banyak pihak, lantaran dinilai memaksakan pemain muda untuk berkompetisi sebelum benar-benar siap.
"Dari perspektif teknik, dari awal mereka membuat peraturan ini tidak masuk akal," ujar Robert Alberts yang saat itu melatih PSM (4/7/2017).
"Dari pengalaman saya sebagai direktur teknik di Malaysia, di Korea, mereka tidak membuat peraturan seperti ini untuk membangun liga."
"Apakah (regulasi) ini keuntungan yang bagus untuk sepak bola Indonesia," tandasnya.
PSSI era Edy Rahmayadi seakan sadar dengan kesalahannya, lalu membatalkan regulasi tersebut saat Liga 1 2017 memasuki tengah musim.
Adapun menyambut regulasi pemain U-23 Liga 1 2023/24, belum diketahui bagaimana respons klub menyambut kewajiban memaksa pemain muda itu.
Secara umum, klub Liga 1 menunjukkan tendensi mempercayai pemain muda, saat pemain tersebut benar-benar siap berkompetisi.
Sebagai contoh, Persija Jakarta rutin menurunkan pemain muda, hingga menjadi klub pengirim pemain terbanyak ke timnas U-20 dan timnas U-22.
Contoh lain, Marselino Ferdinan mendapat kesempatan dari Persebaya Surabaya saat usianya baru menginjak 17 tahun, karena ia benar-benar berbakat.