Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Protes tersebut segera menular ke seluruh pemain Thailand, termasuk yang sedang berada di bench beserta pelatih Issara Sritaro.
Pelatih Issara Sritaro cukup dingin dengan meminta pemain untuk segera melupakan momen itu dan cepat-cepat masuk ruang ganti.
Bek Thailand yang gagal berduel dengan Sananta, Jonathan Khemdee, menjelaskan situasi gol tersebut sebagai kecurangan.
"Saya sangat kecewa karena gol kedua Indonesia adalah kesalahan besar dari wasit," ujar Khemdee dikutip dari TheThao257 (16/5/2023).
"Sepak bola adalah semangat fairplay, kami mengontrol bola sebelumnya, Indonesia mengembalikannya."
"Tapi bola tidak disentuh oleh kami dan striker mereka langsung merebut dan mencetak gol," jelasnya.
Dalam skenario ideal ketika tim lawan merasa dibobol dengan cara tidak fair, tim yang mencetak gol biasanya berbesar hati mempersilakan tim itu menyamakan skor.
Hal itu terjadi saat Leeds United membiarkan Aston Villa mencetak gol pada duel Divisi Championship musim 2019/20.
Baca Juga: Prediksi Line Up Timnas Indonesia U-22 Vs Thailand - Menanti Solusi Indra Sjafri Tambal Lubang Arhan
Musim ini, hal serupa terjadi saat Rangers membiarkan Partick Thistle mencetak gol pada Februari.
Namun Indonesia tidak melakukan itu, dan menganggap gol Ramadhan Sananta terjadi berkat blunder bek Thailand yang tak bisa mengintersep bola.
Marselino Ferdinan kemudian memeluk pemain Thailand dan melakukan gestur "salah kami apa?" usai peluit akhir babak pertama.
Publik Indonesia juga tampak tak peduli dengan segala keluhan Thailand, mengingat sukses ini adalah yang pertama dalam 32 tahun!
Baca Juga: Perkelahian Brutal Final SEA Games 2023, Diawali Nihilnya Tata Krama Pemain dan Ofisial Thailand