Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Mandul di depan gawang bisa berakibat fatal di laga yang lebih kompetitif, seperti Piala AFF 2022 lalu saat gagal mengalahkan Thailand dan Vietnam di kandang.
Untuk menjelaskan problem tersebut, Shin Tae-yong menolak menyalahkan staf pelatihnya.
"Karena kurangnya fokus dan percaya diri dengan peluang emas," tutur Shin dikutip dari BolaSport.com.
"Tapi itu perbaikannya bukan di timnas, tapi di klub mereka sendiri."
"Dengan adanya latihan rutin (di klub) harusnya bisa punya feel bagaimana cetak gol di depan gawang lawan," jelasnya.
Shin Tae-yong benar, level pengambilan keputusan seorang pemain dibentuk di klub, di mana mereka berlatih dan bermain secara rutin.
Timnas hanya memakai tenaga mereka selama dua pekan (untuk FIFA Matchday), sehingga tak bisa sekejap mengubah "habit" pemain di depan gawang.
Dengan kata lain, terdapat pekerjaan rumah bagi klub Indonesia, untuk mendidik calon striker dengan finishing mumpuni, agar bisa klinis di level senior.
Baca Juga: Lionel Messi Coba Hormati Indonesia dengan Tak Meminta Libur, Pelatih Memutuskan Sebaliknya
Namun apabila melihat pernyataan Hokky Caraka, terdapat andil staf pelatih yang dapat turut mempengaruhi ketajaman pemain Garuda.
Hokky menyoroti mundurnya Dzenan Radoncic, eks striker tajam di Liga Korea, sebagai asisten pelatih Shin Tae-yong di timnas Indonesia.
Munculnya pernyataan Hokky berikut bisa diartikan Shin Tae-yong tidak memasukkan staf pelatih dengan kepakaran yang sama dengan Dzenan.
"Mungkin kita di timnas semenjak Coach Radoncic keluar atau mengundurkan diri kita menjadi kurang banyak latihan finishing," ucap Hokky (24/2/2023).
"Makanya kita agak sedikit kaku dalam finishing," jelasnya.
Tampaknya suporter belum akan menyaksikan perbaikan lini depan Indonesia saat melawan Argentina, mengingat profil tim lawan yang begitu kuat.
Baca Juga: Tak Kesampaian Hadapi Asnawi di Korea, Pemain Jeonbuk Akhirnya Jumpa Pemain Indonesia di Manahan