Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pemain tersebut yaitu Arkhan Kaka, yang selalu tampil sebagai pemain pengganti di tiga laga terakhir Persis Solo musim lalu.
Teman sebaya Arkhan Kaka praktis belum menjalani kompetisi profesional selama satu musim penuh, sebuah prasyarat untuk menjadi pesepak bola elite.
Kondisi ini diperparah dengan PSSI yang belum menggelar kompetisi usia duni untuk umur mereka.
Kompetisi EPA U-16 dan U-18 pada musim lalu cuma digelar tiga bulan, tak mencukupi untuk menunjang kebutuhan menit main.
Musim ini, EPA U-16 dan U-18 juga belum digulirkan, dan baru berlangsung pada September hingga November mendatang.
Akibatnya, calon pemain timnas U-17 yang masih tersebar di klub tak mendapatkan kompetisi untuk menempa diri.
Kompetisi yang ada dalam rentang sekarang hingga bulan September praktis hanya berupa turnamen jangka pendek yang tak menawarkan kontinuitas pertandingan.
Dalam situasi ini, PSSI memilih memakai metode yang lekat dengan Shin Tae-yong tetapi dikritik banyak pelatih Liga 1, TC jangka panjang.
"Pada Juli-Agustus mulai TC dan September-Oktober kami kirim mereka ke luar negeri," ujar ketum PSSI Erick Thohir.
"TC itu baik dengan negara-negara Eropa, Asia, Afrika, sehingga mereka tidak kaget di kejuaraan dunia U-17 nantinya."
Disebabkan ketiadaan kompetisi itu pula, PSSI terpaksa menjaring pemain timnas U-17 dengan cara seleksi nasional.
Padahal, negara-negara mapan sudah meninggalkan cara kuno itu, karena ditopang kompetisi memadai untuk scouting pemain.
"Kami akan melakukan seleksi di sembilan wilayah, setelah itu kita petakan dan kita gabungkan," jelas Erick.
Dengan persiapan sesingkat dan tak relevan dengan sepak bola modern ini, mari berharap timnas U-17 dapat berbicara banyak di Piala Dunia U-17 2023.