Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Saya menyesal dengan diri saya sebab tidak mampu beraksi dengan baik."
"Tetapi, apakah tujuh tahun saya di J-League juga suatu kegagalan? tidak sama sekali," tuturnya.
Chanathip memang patut membanggakan statistiknya di Jepang, yaitu 14 gol dan 23 assist dalam 133 penampilan untuk dua klub.
Ia bahkan pindah dari Consadole Sapporo menuju Kawasaki Frontale dengan status pembelian termahal dalam sejarah klub Jepang!
Meski begitu, sorotan besar dari kampung halamannya membuat ia merasa berat memenuhi ekspektasi.
"Orang tahu tinggal di Jepang perkara yang menyenangkan, gaji dibayar, berlatih," tuturnya.
"(Namun) saya membawa banyak harapan orang Thailand atau Jepang, saya tidak bisa melakukannya di sini dan saya tidak bermain baik," jelasnya.
Dengan curhat Chanathip di atas, publik Indonesia semestinya menaruh respek setinggi-tingginya untuk Pratama Arhan.
Pratama Arhan memang belum mencapai level Chanathip, tetapi ia berani berkarier di Jepang dalam usia sangat muda.
Chanathip hijrah ke Jepang saat sudah berusia 23 tahun, sementara Arhan masih berumur 20 tahun kala direkrut Tokyo Verdy.
Hingga musim kedua di kasta dua Liga Jepang, Arhan sejauh ini cuma mencatatkan tiga penampilan untuk Tokyo Verdy.
Bek kiri timnas Indonesia itu belakangan memberikan impresi positif kala tampil di Piala Emperor.
Jadi, alangkah baiknya suporter Indonesia tak membebani Arhan, dan sebaliknya, sepatutnya mendukung Arhan untuk terus mencari menit main.