Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pierliuigi Collina yang merupakan wasit top pada era 90-an dan 2000-an itu berharap para wasit elite FIFA dapat meninggalkan jejak di negara tuan rumah.
"Perwasitan akan menjadi bagian dari warisan Piala Dunia U-17 kepada negara itu (Indonesia)," ucap Collina di laman resmi FIFA.
"Turnamen ini (Piala Dunia U-17) akan memberi kesempatan bagi wasit bertalenta untuk menunjukkan skillnya di kancah internasional," urainya.
"Sangat penting untuk memastikan perangkat pertandingan terbaik dari seluruh dunia dipilih untuk kompetisi FIFA," timpal direktur perwasitan Massimo Busacca.
FIFA mencari para wasit "terbaik", dan para wasit binaan PSSI tampak belum mencapai level tersebut.
Bukti teranyar minimnya kualitas korps baju hitam di negeri ini tersaji pada pekan ke-13 Liga 1 2023/24.
Tak kurang dari dua pelatih top Eropa, Thomas Doll dan Bernardo Tavares, "merujak" dua wasit elite PSSI di Liga 1.
Thomas Doll selaku pelatih Persija Jakarta mencetak gambar Witan Sulaeman ditekel bek Bali United Haudi Abdillah di dalam kotak penalti.
Wasit Aidil Azmi tidak memberikan penalti dan hanya menghadiahkan tendangan bebas, keputusan yang membuat Doll melempar kertas foto di jumpa pers.
Bernardo Tavares juga mengamuk setelah pertandingan Borneo FC kontra PSM Makassar, lagi-lagi berkaitan dengan penalti.
Tekel Dzaky Asraf kepada M Sihran dinilai tak cukup untuk disebut pelanggaran, dan nama terakhir belakangan mengaku diving.
Tavares membawa laptop ke ruang konferensi pers dan menggebrak meja, seraya memprotes kepemimpinan wasit Ginanjar Rahman Latief.
Selama klub Liga 1 masih melempar protes kepada wasit PSSI, selama itu pula wasit Indonesia sulit diterima di ajang internasional.
Baca Juga: Dilema Indra Sjafri Jumpa Uzbekistan, Paksakan Formasi Kesayangan atau Imitasi Taktik Shin Tae-yong