Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Keputusan inkonsisten itu menimbulkan protes pemain Persik, yang diikuti kerusuhan lebih besar dari suporter.
Setelah terhenti selama lebih dari satu jam, pertandingan dilanjutkan dengan menyisakan enam menit waktu normal.
Lebih konyol lagi, pelatih PSM Bernardo Tavares dan Yuran sudah meninggalkan stadion untuk mengejar pesawat.
Laga berakhir 1-1 setelah Persik membobol PSM yang ditinggal dua sosok pentingnya pada menit akhir.
Ketua Panpel pertandingan tersebut, Tri Widodo, menjelaskan duduk perkara insiden paling aneh dalam sejarah Liga 1 itu.
"Mungkin yang jadi pemicu keributan adalah terlalu lama pengambilan keputusan itu, antara gol itu sah atau tidak," ujar Tri Widodo dikutip dari Kompas.com.
"Nah waktu mediasi atau meeting darurat di ruang wasit, alasannya wasit alat komunikasinya tidak jalan."
"Itu kemudian yang menjadi pemicu penonton ikut memberikan reaksi keras dan setelah itu kita ktahui bersama kondisinya."
Merujuk penjelasan tersebut, telah terjadi ketidakcakapan wasit dalam menilai situasi Yuran.
Apabila gol telah terjadi, hakim garis memberi tahu wasit bukan dengan alat komunikasi, melainkan sinyal bendera.
Menjadi pertanyaan mengapa hakim garis yang bersangkutan pada awalnya tidak menganggap gol, tetapi kemudian memutuskan gol setelah didatangi Yudi Nurcahya.
Problem lainnya, alat komunikasi yang rusak bukan pertama kali terjadi pada musim ini.
Riko Simanjuntak pernah mengungkap alat komunikasi antar wasit yang tidak berfungsi pada laga Persija vs Bali United.
Jika alat tersebut selalu rusak, mengapa masih saja dipakai? atau, mengapa pertandingan tak dihentikan sampai semua alat dalam kondisi normal?
Baca Juga: Borneo FC Unggul Jauh dari Persib dan Bali United, Tapi Terancam Percuma Gara-gara Regulasi Liga 1