Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - Sandy Walsh mengungkapkan perbedaan di kompetisi Eropa dan Asia setelah memperkuat timnas Indonesia di Piala Asia 2023.
Sandy Walsh merupakan salah satu pemain abroad andalan timnas Indonesia di Piala Asia 2023.
Pemain berusia 28 tahun itu memainkan peran sebagai bek sayap dan bek tengah di timnas Indonesia.
Ia mencatat empat penampilan dari empat laga yang dimainkan Indonesia di Piala Asia 2023.
Turun dari bangku cadangan pada laga perdana lawan Irak, Sandy kemudian membuktikan permainannya meski hanya dua menit di lapangan.
Tiga laga berikutnya, ia selalu menjadi andalan Shin Tae-yong dan tak tergantikan dalam 90 menit pertandingan.
Baca Juga: Kabar Baik untuk Timnas Indonesia, Kiper Andalan Sudah Berangsur Pulih dari Cedera
Sandy bahkan turut menyumbang satu gol ketika Indonesia kalah 1-3 dari Jepang.
Dari situ Sandy bisa menilai perbedaan sepak bola Asia dan Eropa.
Menurutnya, permainan di Eropa lebih terorganisir daripada Asia.
"Perbedan bermain di Asia dan Eropa, saya pikir Eropa bermain lebih terorganisir," kata Sandy Walsh dikutip dari Youtube pribadinya.
"Kemudian lebih banyak taktikal," ujarnya menambahkan.
Namun, ia memuji skema yang diterapkan pelatih Shin Tae-yong di timnas Indonesia.
Pemain KV Mechelen itu menilai Shin menerapkan strategi yang tidak jauh beda di Eropa.
Sandy mengaku sempat terkejut dengan permainan yang bisa ditunjukkan skuad Garuda.
Hal itu terlihat ketika skuad muda Indonesia bisa mendominasi permainan lawan Australia.
Baca Juga: Mantan Exco PSSI Sebut Masih Ada Jalan Terang untuk Naturalisasi Maarten Paes
Meskipun, pasukan Merah Putih akhirnya menelan kekalahan 0-4 dari Negri Kanguru.
"Tetapi sepak bola Asia cukup mengejutkan saya terutama di timnas."
"Bagaimana kita bermain taktikal, jadi tidak banyak perbedaan," jelas Sandy Walsh.
Namun, secara kesuluruhan taktikal yang diterapkan tim-tim Asia memang berbeda dengan Eropa.
Negara-negara Asia menunjukkan permainann terbuka untuk bisa mencetak gol sebanyak mungkin.
"Tetapi saya pikir lebih terorganisir (di Eropa) ketika di Asia lebih terbuka dan mungkin lebih menarik, lebih banyak gol dan aksi, lebih menyerang," tutur Sandy.
Sedangkan di Eropa untuk saat ini lebih banyak bermain terorganisir sehingga terkadang bisa meraih cleansheet.
"Ketika di Eropa kita mencoba bermain lebih terorganisir dan mencoba clean sheet dan mencoba menang dengan tidak banyak perbedaan."
"Tetapi di Asia kita bermain dengan segala cara dan terbuka."
"Cepat-cepat maju jadi mungkin itu perbedaan utama," pungkasnya.
Secara produktivitas sebenarnya tidak jauh beda antara Eropa dan Asia.
Contohnya dari Piala Eropa 2020 silam yang dimenangkan oleh Timnas Italia.
Tercatat 142 gol dari total 51 pertandingan yang digelar di Piala Eropa 2020.
Dengan jumlah laga yang sama, Piala Asia 2023 menghasilkan 132 gol dengan rataan 2,59 gol per match.
Perbandingan selanjutnya bisa dilihat pada perhelatan Piala Eropa 2024 yang akan berlangsung di Jerman.