Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - Vietnam akhirnya resmi memiliki pemain naturalisasi dari Brasil, yang siap membantu timnas bangkit dari ketertinggalan.
Pemain itu adalah Rafaelson, yang menerima kewarganegaraan Vietnam pada 20 September 2024.
Berbeda dengan naturalisasi di Indonesia, nama pemain terkait juga ikut berubah.
"Rafaelson telah menerima keputusan untuk diakui sebagai warga Vietnam. Namanya Nguyen Xuan Son, dia akan bermain untuk Nam Dinh Club sebagai pemain naturalisasi," demikian pengumuman Nam Dinh.
Rafaelson lahir di Pirapemas, Brasil, 30 Maret 1997.
Dia datang ke Vietnam pada awal Januari 2020 setelah dijual Naestved (klub Denmark) ke Nam Dinh.
Setelah 1 musim di Nam Dinh, meski penampilannya bagus, klub tak mampu mempertahankannya karena kesulitan finansial.
Baca Juga: Soal Abroad, Kenapa Pemain Vietnam Tertinggal Jauh dari Indonesia?
Striker yang kini berusia 27 tahun itu kemudian dilepas ke SHB Da Nang, klub lain liga utama Vietnam.
Setahun kemudian, dia dipindah ke Topenland Binh Dinh.
Kehebatan Rafaelson terlihat ketika mencetak hatrik pertama di V-League 1 untuk membantu timnya menekuk klub kuat Hanoi FC 3-0.
Dia kemudian berhasil memimpin timnya itu ke final Piala Vietnam 2022 dengan hatrik di semifinal melawan Dong A Thanh Hoa.
Di musim 2023, Rafaelson menjadi top scorer V-League 1 dengan 16 gol dan masuk dalam Team of The Season.
Pada 28 Agustus 2023, dia kembali ke Nam Dinh setelah kontraknya di Topenland berakhir.
Di musim 2023-2024, Rafaelson mencetak sejarah sebagai pemain yang mencetak gol terbanyak dalam 1 musim V-League 1 dengan jumlah 31, lebih dari setengah total 60 gol timnya.
Dia dan Nam Dinh menjuarai V-League 1 2023-2024.
Rafaelson juga dinobatkan sebagai top scorer dan masuk dalam tim terbaik musim itu.
Selain itu, dia juga menyabet gelar pemain terbaik dan gol terbaik kompetisi.
"Saya sangat senang hari ini. Impian saya menjadi warga Vietnam telah terwujud. Saya mencintai negeri ini dan mengupayakan yang terbaik di lapangan," ucapnya.
Dengan demikian, pada laga kedua V-League 1 pekan ini, bintang yang harus dipanggil dengan nama Nguyen Xuan Son itu akan bermain untuk Nam Dinh sebagai pemain domestik.
Pada laga pertama di kandang Hong Linh Ha Tinh, 14 September lalu, dia tak masuk dalam skuad Nam Dinh, sehingga kalah 1-0.
Xuan Son kini sudah tak sabar bisa segera memperkuat Timnas Vietnam asuhan Kim Sang-sik.
Dia akan menjadi torpedo bagi Vietnam, yang kelabakan di lini serangnya.
Kehadirannya sekaligus juga bakal menjadi ancaman baru bagi tim-tim kuat Asia Tenggara, termasuk Timnas Indonesia.
Masalah Naturalisasi di Vietnam
Xuan Son adalah berkah bagi Timnas Vietnam, yang selama ini terlihat enggan menerima pemain naturalisasi.
Setidaknya ada 6 faktor kenapa Vietnam enggan melakukan naturalisasi, yaitu identitas budaya, fokus pengembangan, konteks sejarah, regulasi kompetisi, persepsi publik, dan kekhawatiran performa.
Dalam hal identias budaya, sepak bola sering kali dianggap sebagai representasi kebanggaan dan identitas nasional.
Ada kekhawatiran bahwa memasukkan pemain yang dinaturalisasi dapat melemahkan signifikansi budaya tim nasional.
Sentimen ini sangat kuat di negara-negara dengan sejarah yang kaya dan rasa nasionalisme kuat.
Dari sisi fokus pengembangan, Vietnam telah melakukan investasi signifikan dalam pengembangan pemain muda dan program akar rumput.
Ada keyakinan bahwa memprioritaskan bakat lokal pada akhirnya akan menghasilkan masa depan sepak bola yang lebih kuat, sedangkan penyertaan pemain naturalisasi dipandang sebagai jalan pintas yang melemahkan upaya ini.
Mengenai faktor konteks sejarah, Vietnam tak sama dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Indonesia, Filipina, dan Malaysia, yang memiliki sejarah mengintegrasikan pemain naturalisasi, sering kali karena populasi mereka yang beragam dan sejarah kolonial.
Vietnam, yang memiliki populasi lebih homogen, tak memiliki preseden atau dinamika sosial yang sama untuk mendorong naturalisasi dalam olahraga.
Dari faktor regulasi kompetisi, Federasi Sepak Bola Vietnam memiliki serangkaian aturan dan kebijakan sendiri terkait kelayakan pemain.
Aturan-aturan itu mungkin tak sefleksibel regulasi di negara lain, sehingga lebih sulit untuk mengintegrasikan pemain yang dinaturalisasi.
Terkait persepsi publik, masyarakat Vietnam mungkin memiliki perasaan campur aduk tentang pemain yang dinaturalisasi.
Beberapa penggemar mungkin mendukung gagasan tersebut, yang lain memandangnya secara negatif, percaya bahwa hal itu merusak prestasi pemain lokal.
Terakhir, tentang kekhawatiran performa, Vietnam telah meraih kesuksesan besar dalam kompetisi regional dengan pemain lokalnya.
Performa timnas, terutama di bawah Park Hang-seo, mengarah pada keyakinan bahwa naturalisasi tidak diperlukan untuk meraih kesuksesan.