Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - PSSI mesti merevisi kebijakan menurunkan pemain muda di Piala AFF demi pengembangan pemain muda itu sendiri.
PSSI dan Shin Tae-yong seharusnya belajar dari kegagalan timnas Indonesia di ASEAN Cup 2024.
Sedari awal, keputusan menurunkan pemain di bawah usia 22 tahun patut dipertanyakan lantaran Piala AFF diikuti timnas senior negara lain.
Dalih PSSI bahwa para pemain utama tak bisa dipanggil karena bentrok kompetisi bisa diterima, tetapi mengapa tidak memanggil pemain terbaik dari kompetisi lokal?
Jalannya turnamen menunjukkan Garuda Muda tak punya kematangan dan mudah terpancing provokasi lawan.
Dua kali kartu merah kepada Marselino Ferdinan dan Muhammad Ferarri menunjukkan kepala mereka tak cukup dingin untuk mengatasi situasi panas Asia Tenggara.
Ketum PSSI, Erick Thohir, hanya menganggap turnamen ini sebagai pembelajaran bagi pemain muda.
“Ya buat pemain muda bagus lah karena memang tahun depan ada SEA Games,” kata Erick Thohir.
“Pengalaman hari ini saya kira bagus lah buat pemain muda kasih yang terbaik karena memang kita musti coba regenerasi.”
"Kalau nggak kapan lagi mereka punya jam terbang,” pungkasnya.
Namun jika jam terbang di Piala AFF justru membuat pemain muda mendapatkan eksposure negatif, maka kebijakan PSSI adalah kekeliruan.
Dalam skuad terpilih, terdapat pemain yang minim berkontribusi, bahkan tak bermain sama sekali.
Pemain yang tak bermain sama sekali yaitu Sulthan Zaky dan Erlangga Setyo.
Pemain yang minim kontribusi antara lain Zanadin Fariz, Arkhan Kaka, atau Mikael Tata, dan beberapa nama lain.
Jika saja para pemain belia itu diganti dengan pemain lebih matang, Shin Tae-yong bisa punya opsi lebih baik untuk tiap laga.
Atau, jika saja Shin Tae-yong menambah pemain overage di posisi penting, Garuda Muda bakal lebih baik dalam menangani situasi panas.
Asnawi Mangkualam bisa memberikan ketenangan itu, tetapi Pratama Arhan di sisi kiri terlihat tidak bisa mempengaruhi permainan, kecuali lewat lemparan jauhnya.
Andai saja ada pemain senior lain di pos gelandang bertahan atau bek tengah, blunder Marselino atau Ferarri bisa dicegah sejak awal.
Jadi, Piala AFF 2024 hendaknya menjadi pembelajaran untuk bijak memilih skuad pada edisi berikutnya.
Pada Piala AFF 2026 mendatang, tak boleh ada lagi pemain muda di-bully gara-gara menanggung ekspektasi tinggi federasi.