Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
PR bagi PSSI, Erick Thohir cs harus memastikan kompetisi dalam negeri bisa menghasilkan pemain top untuk menyaingi sistem negara lain.
Shin Tae-yong bersalah lantaran memanggil sejumlah pemain yang kualitasnya patut dipertanyakan.
Memanggil pemain U-22, publik bisa menerima, tetapi apakah pemain yang dipanggil adalah yang terbaik di posisinya?
Sulthan Zaky tak pernah bermain dalam empat pertandingan, terlihat ia belum memiliki kematangan untuk bersaing dengan bek tengah seniornya.
Arkhan Kaka masih terlalu hijau, terlihat dari sentuhan menyedihkan, bahasa tubuh ketakutan, dan berbagai umpan keliru.
Pertanyaannya, mengapa tidak memanggil pemain lain yang sudah reguler di Liga 1, seperti Iqbal Gwijangge atau Riski Afrisal?
Kita belum menyebut blunder PSSI dan Shin Tae-yong yang mendaftarkan Justin Hubner dan Ivar Jenner meski keduanya tak dilepas klub.
Andai dua slot yang dipakai dua pemain Eropa itu direalokasi untuk pemain lain yang siap pakai...
Terakhir, tentu saja pemain sebagai eksekutor kebijakan PSSI dan Shin Tae-yong turut memanggul kesalahan.
Salah satu yang paling disorot adalah masalah (in)disiplin(er), ketika dua pemain dengan caps terbanyak justru mendapatkan kartu merah.
Marselino Ferdinan diusir karena dua tekel sembrono, Muhammad Ferarri dikartu merah karena melayangkan sikutan.
Dua momen pengusiran itu mengubah momentum permainan Indonesia saat melawan Laos dan Filipina. Andai kepala mereka tetap dingin...
Jangan lupa, netizen Indonesia juga harus introspeksi, lantaran membebani anak-anak muda ini dengan ekspektasi terlalu tinggi.
Baca Juga: ASEAN Cup 2024 - Kim Sang-sik Bertekad Lampaui Prestasi Shin Tae-yong di Timnas Indonesia