Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - Indra Sjafri berada di ujung tanduk setelah hasil buruk di turnamen Challenge Series U-20 menjelang Piala Asia U-20 2025.
Melihat Shin Tae-yong yang dipecat setelah ASEAN Cup 2024, publik berharap hal serupa menimpa Indra Sjafri.
Shin Tae-yong kehilangan jabatannya hanya karena hasil buruk di turnamen paling receh.
Itu pun ia hanya dibekali pemain belia saat tim pesaing mengirimkan timnas senior.
Tak cukup dengan berbagai prestasi di Piala Asia 2023 maupun Kualifikasi Piala Dunia 2026, PSSI tetap memecat Shin.
Sekarang, Indra Sjafri seharusnya merasa kursinya sedang sangat panas.
Indra memang punya rekam jejak apik di sepak bola junior, dengan empat trofi di level U-19, U-20, hingga U-23.
Namun belakangan metode kepelatihannya dianggap kuno dan tak membuahkan hasil positif.
Metode TC jangka panjang yang terbukti gagal saat Tur Nusantara satu dekade silam, hingga kini tetap dipakai.
Baca Juga: Abroad Nanti Dulu, Ernando Ari Ingin Tembus Level Asia bersama Persebaya Surabaya
Metode itu akan diterima jika hasilnya bagus, tetapi turnamen Challenge Series U-20 membuktikan sebaliknya.
Timnas U-20 Indonesia tampil monoton, keropos, dan selalu kalah dalam dua pertandingan.
Indonesia kalah 0-1 dari Yordania yang bermain 10 orang, lalu takluk 0-2 dari Suriah.
Tak ada sisi positif yang bisa dipetik dari permainan Indonesia, hanya dua minggu menjelang turnamen sesungguhnya.
Jika Indonesia tampil begitu buruk di hadapan Yordania dan Suriah, apa jadinya pada laga pertama Piala Asia U-20 melawan Iran?
Indra membuka diri terhadap intervensi Patrick Kluivert dari timnas senior.
"Apakah nanti di Piala Asia, timnya coach Patrick bakal berkontribusi?"
"Ya kami welcome saja, karena kami sudah satu kesatuan dengan pelatih tim nasional," tutupnya.
Jangan-jangan setelah turnamen, bukan hanya intervensi, melainkan suksesi pelatih yang akan terjadi di timnas U-20?