Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - Pelatih PSM Makassar, Bojan Hodak, membongkar kekurangan sepak bola Indonesia kepada media Kroasia, Jutarnji.
Musim ini, Bojan Hodak memulai kariernya di sepak bola Indonesia bersama PSM Makassar.
Ini menjadi kali pertama bagi Bojan Hodak menangani tim asal Indonesia.
Sebelumnya, ia lebih sering malang-melintang di kompetisi Liga Malaysia.
Kini, pelatih yang baru saja merayakan ulang tahun ke-48 itu harus kembali ke tempat tinggalnya di Malaysia menyusul pandemi Covid-19.
Baca Juga: AFC Kuak 5 Pemain yang Miliki Pengaruh Besar dalam Kemajuan Sepak Bola Indonesia
Sekadar informasi, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) telah menghentikan semua kompetisi sepak bola hingga 29 Mei 2020.
Di Malaysia, Bojan banyak mendapatkan kesempatan untuk diwawancarai oleh berbagai media.
Salah satunya media asal Kroasia, Jutarnji, yang mengulik perjalanan karier Bojan Hodak selama di Indonesia dan Malaysia.
Dari situ, Bojan Hodak diminta membandingkan sepak bola Indonesia dan Malaysia.
"Secara fisik (sepak bola Indonesia) jauh dari Eropa," kata Bojan dikutip Bolanas dari Jutarnji.
"Mereka banyak berlari, tetapi kelelahan setelah 60 menit. Secara teknik dan taktik, Malaysia lebih baik dari Indonesia," ucap Hodak lagi.
"Masalah terbesar dari sepak bola Asia adalah pembinaan terhadap pemain muda," lanjutnya.
Kondisi Indonesia saat Covid-19
Selain soal sepak bola, Bojan Hodak juga memaparkan kondisi Indonesia saat diserang Covid-19.
Menurutnya, masalah besar pemerintah Indonesia dalam situasi seperti ini adalah kemiskinan.
"Ada masalah besar di Indonesia yang tidak bisa diselesaikan pemerintah. Ada terlalu banyak orang miskin yang hidup dari upah harian. Sebagian besar dari mereka harus bekerja setiap untuk memenuhi kebutuhan."
"Orang-orang ini tidak punya tabungan, mereka tidak bisa di rumah, mereka harus bekerja setiap hari untuk bertahan hidup," terang Bojan.
Baca Juga: Dipuji Pangeran Malaysia, SUGBK Tembus 5 Stadion Terbaik Asia Tenggara
Bahkan, eks pelatih timnas U-19 Malaysia itu menilai keadaan tersebut berimbas pada tindak kriminal yang merajalela.
"Jika mereka tidak memiliki makanan, mereka akan mulai kerusuhan, mereka akan masuk ke toko untuk mendapatkan makanan. Itulah mengapa penanganan di Indonesia berjalan lambat."
"Saya bahkan tidak tahu apakah rumah sakit di Indonesia bisa mencukupi untuk tes Covid-19," ucap Bojan Hodak.
"Di Indonesia, banyak orang tidak menyadari apa yang terjadi, banyak yang menganggap seolah-olah itu bukan keadaan darurat,"
"Untungnya, suhu di sini terus-menerus di atas 30 derajat Celcius, sehingga virus tidak bisa bertahan lama. Sehingga hanya di bawah 10.000 yang secara resmi terinfeksi, tentu ini bukan merupakan angka besar bagi negara dengan hampir 300 juta penduduk," tuturnya mengakhiri.
Editor | : | Nungki Nugroho |
Sumber | : | Jutarnji |