Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - Problem Timnas Malaysia makin pelik setelah presiden federasinya dituduh menikmati gaji fantastis.
Publik sepak bola Malaysia sedang berada dalam kekecewaan mendalam menyusul kehancuran timnasnya.
Setelah menyerah dua kali beruntun dengan skor 0-2 kepada Oman di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Harimau Malaya terancam gagal melaju ke putaran ketiga.
Akibat kekalahan itu, peringkat Malaysia juga anjlok drastis dalam ranking FIFA dan berada di bawah Timnas Indonesia.
Malaysia turun enam peringkat dari 132 ke 138 dunia.
Indonesia, yang tadinya di bawah Malaysia, kini berbalik di atas dengan peringkat 134.
Kondisi ini merupakan yang pertama kalinya Malaysia berada di bawah Indonesia dalam ranking FIFA sejak 2018.
Baca Juga: Gelagat Aneh, Sebentar Lagi Shin Tae-yong Bisa Ucapkan Simpati kepada Pelatih Timnas Malaysia
Di tengah kehancuran Harimau Malaya itu, bos federasinya malah dituduh menikmati gaji 90.000 ringgit Malaysia atau sekitar Rp316 juta sebulan.
Tuduhan terhadap Presiden Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) Datuk Hamidin Amin itu muncul sejak beberapa hari lalu.
FAM sudah mempertimbangkan untuk melaporkan penuduhnya ke polisi, tapi belum dilakukan.
Harus Transparan
Analis olahraga Malaysia Datuk Pekan Ramli percaya, tak ada yang salah bagi seorang presiden asosiasi olahraga nasional menerima gaji bulanan.
Meski demikian, Pekan menegaskan harus ada transparansi terkait remunerasi, setidaknya di internal asosiasi.
"Asosiasi olahraga di Malaysia biasanya merupakan organisasi nirlaba, jadi gagasan bahwa presiden menerima gaji mungkin terasa asing bagi kami," ungkap Pekan, sebagaimana dikutip BolaNas.com dari New Straits Times.
"Tetapi di luar negeri hal itu cukup lumrah dan tidak ada salahnya di era modern ini. Kita harus menerima perubahan jika ingin maju," tandasnya.
Dia menambahkan, "Namun, saya menilai harus ada transparansi mengenai remunerasi yang diterima presiden. Kalau tidak dipublikasikan, minimal rekan-rekan pengurus presiden harus diberi tahu berapa saja remunerasi yang diterimanya."
Pekan mengingatkan itu untuk menghindari konflik di dalam asosiasi dan olahraga.
Sebab, dengan transparansi, masyarakat tidak kaget ketika mengetahuinya.
"Beberapa asosiasi mungkin tidak menyatakannya (remunerasi) sebagai gaji, tapi bisa dalam bentuk tunjangan atau tunjangan lainnya."
Baca Juga: Tak Sebanding dengan Shin Tae-yong, Pelatih Timnas Malaysia Diambang Pemecatan
Pekan melanjutkan, presiden federasi yang menerima gaji harus memberikan kepemimpinan yang setara dengan apa yang mereka peroleh kepada asosiasinya.
"Ketika seorang presiden menerima gaji, seringkali hal itu dianggap sebagai tanda bahwa asosiasi tersebut berfungsi sebagai badan usaha yang dapat menghasilkan pendapatan besar," sindirnya.
Jadi, Pekan meminta Hamidin untuk menunjukkan kelayakan gajinya dan memberikan kepemimpinan yang memungkinkan asosiasi untuk berkembang.
"Hal ini seharusnya tidak terjadi ketika presiden menerima gaji yang besar. Mereka harus membuktikan diri mereka layak," tegas Pekan.
Hamidin menjadi sorotan setelah muncul surat yang menuduh FAM melakukan berbagai kesalahan menjadi viral.
Surat tersebut menyatakan bahwa Hamidin menerima gaji bulanan sebesar 90.000 ringgit Malaysia, belum termasuk tunjangan dari Konfederasi Sepak Bola Asia dan FIFA.
Hal itu membuat marah para penggemar sepak bola Malaysia karena FAM gagal meningkatkan standar kompetisi M-League dan tim nasional, yang kini terpuruk dalam ranking FIFA.
Saat ditanya pekan lalu, Hamidin enggan membeberkan gaji sebenarnya karena alasan pribadi.
Editor | : | Taufik Batubara |
Sumber | : | NST.com.my |