Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - PSSI benar-benar melakukan perlakukan khusus kepada para pemain timnas Indonesia jelang melawan Tansania dan Irak, maupun Filipina. Ancaman diminimalisasi, tindakan rasis dan diskriminasi gender juga jaru perhatian.
Anggota Komite Eksekutif (Esco) PSSI, Arya Sunulingga menegaskan, kali ini keamanan terhadap para pemain timnas Indonesia selama di hotel ditingkatkan, bahkan sangat ketat.
Pengamanan tak hanya melibatkan pihak keamanan hotel, tapi juga mengerahkan polisi.
Para pemain timnas Indonesia sudah dikumpulkan dalam satu hotel sejak Senin (27/5/2024).
Ini bagian dari persiapan melawan timnas tanania pada laga uji coba di Stadion Madya Senayan, 2 Juni 2024.
Setelah itu, Indonesia akan menghadapi laga kualifikasi Piala Dunia Guro F Zona Asia melawan Irak dan Filipina.
Indonesia lawan Irak akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada 6 Juni 2024. Sedangkan pertandingan lawan Filipina digelar di tempat yanag sama pada 11 Juni 3034.
"Kita sudah membuat SOP keamanan, terutama di hotel. Pengamanannya sangat ketat," jelas Arya Sinulingga.
Agar keamanan terjamin, PSSI juga melibatkan pihak kepolisian, selain juga dibantu keamanan di hotel.
Menurut Arya Sinulingga, pengetatan keamanan terhadap para pemain itu dilakukan karena evaluasi sebelumnya.
Menjelang laga lawan Vietnam dalam dua leg, para pemain Indonesia banyak yang terkena virus aneh. Sehingga, mereka tak bisa tampil.
Virus itu diperkirakan menular dari fans yang mencoba mendekat kepada para pemain.
"Kita sudah bekerja sama dengan pihak pengamanan hotel dan kepolisian," terang Arya Sinulingga.
Hanya saja, pengamanan ketat tidak dilakukan saat pemain berada di bandara, karena belum terlalu signifikan.
"Kalau di bandara sampai kini belum menjadi konsen kita, sebab fans yang mengejar pemain hanya dua sampai lima orang. Kalau cuma lima orang kita juga jangan terlalu paranoid," jelasnya.
Justru yang menjadi konsen lain dari PSSI adalah perilaku suporter atau netizen agar tidak rasialis atau melakukan diskriminasi gender.
"Kita berharap supirter atau netizen tidak diskriminatif terhadap perempuan dengan mengatakan hal-hal yang tak benar terhadap fans perempuan Indonesia," tandas Arya Sinulingga.
Apalagi, di tengah sepak bola dunia sedang berusaha menyatukan semua pihak, tak elok jika justru muncul tindakan-tindakan rasial atau diskriminatif.
"Netizen juga harus mulai belajar menghargai nilai-nilai sepak bola yang menjunjung unity (persatuan)," tegasnya.
Ia menegaskan, rasis dan diskriminasi gender merupakan musuh bersama dan utama dari sepak bola di dunia.
Editor | : | Hery Prasetyo |
Sumber | : | BolaSport.com |