Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Memasuki Liga 1 2023/24, manajemen Rans melakukan pendekatan berbeda, dengan menunjuk Eduardo Almeida dan tak lagi jor-joran.
Hasilnya justru moncer, Eduardo Almeida membangun tim dengan pemain asing "antah-berantah" yang sanggup mendongkrak tim.
Dari juru kunci menjadi peringkat empat, lompatan sebanyak 14 peringkat, menjadi catatan terbaik di antara klub Liga 1 musim ini.
Jika Rans sedang sensasional, hal sebaliknya dialami Bhayangkara FC dan Persija Jakarta.
Bhayangkara FC mengakhiri musim lalu di peringkat tujuh, tetapi kini mendekam sebagai juru kunci.
Persija Jakarta menutup musim lalu sebagai runner-up, sayangnya kini merosot hingga peringkat ke-13.
Penurunan sebanyak 11 peringkat oleh Bhayangkara FC dan Persija membuat mereka menjadi tim paling flop, jika tak menghitung PSM Makassar.
Dalam kasus Bhayangkara FC, terdapat kebijakan mempercayai pemain muda yang membuat tim tak bisa bersaing.
Baca Juga: Pemain Abroad Timnas Indonesia Berguguran karena Cedera, PSSI Sudah Siapkan Pengganti
Demikian pula, manajemen mempercayai Emral Abus yang sebelumnya hanya dipakai klub Liga 1 kala membutuhkan pelatih berlisensi AFC di kompetisi Asia.
Adapun dalam kasus Persija, The Jakmania mafhum penyebab kemerosotan tim bukan karena Thomas Doll kehilangan sentuhan.
Adalah kesalahan manajemen Persija yang tak mendatangkan pemain asing keenam, dan hanya mampu merekrut si tua Marko Simic sebagai satu-satunya striker impor.
Terakhir, PSM Makassar mengalami penurunan paling tajam, yaitu dari juara Liga 1 2023/24 menjadi peringkat 12.
Pasukan Bernardo Tavares turun 12 anak tangga, lebih parah dari Bhayangkara FC dan Persija.
Berbagai penyebab anjloknya performa PSM antara lain, 1) krisis keuangan, 2) jadwal padat akibat partisipasi di Piala AFC.
Baca Juga: Ferarri Jadi Penyerang Dadakan, Thomas Doll Ultimatum Bos Persija buat Datangkan Striker Tulen?