Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Respons Arema Indonesia usai Muncul Wacana Akuisisi dari Presiden Arema FC

Nungki Nugroho - Kamis, 17 Juni 2021 | 17:54 WIB
Logo Arema FC dan Arema Indonesia
nungkinugroho
Logo Arema FC dan Arema Indonesia

BOLANAS.COM - Arema Indonesia merespons wacana dari presiden Arema FC, Gilang Widya Pramana, soal rencana penyelesaian dualisme.

Gilang Widya Pramana telah resmi ditunjuk menjadi presiden baru Arema FC.

Pemberitahuan tersebut disampaikan oleh Iwan Budianto selaku CEO Arema FC saat pertandingan uji coba melawan Rans Cilegon FC, Senin (7/6/2021).

Pria yang akrab disapa Juragan 99 itu berniat untuk menyatukan dua tim Arema.

Baca Juga: Jelang Lawan Arema FC di Piala Walikota Solo, Pelatih Persib Terganggu oleh Satu Hal

Hal ini disampaikan Gilang ketika menggelar konferensi pers di Kota Malang, Kamis (17/6/2021).

Ia berencana untuk membeli Arema Indonesia yang kini mentas di Liga 3 Regional Jawa Timur.

"Kami sangat membuka diri dan mengajak bersama agar Arema Indonesia menjadi kesatuan besar klub yang dibanggakan Arema," ucap Gilang dikutip dari Antara News.

"Pemikiran kami, langkah ini (akusisi Arema Indonesia) yang bisa ditempuh untuk menyelamatkan Arema dari dualisme seperti yang diinginkan Aremania," tambahnya.

Ungkapan tersebut langsung mendapatkan respons dari para pemangku Arema Indonesia.

Di media sosial Instagram, sudah muncul gerakan untuk mengamankan Arema Indonesia dari proses akuisisi oleh Gilang Widya Pramana.

Baca Juga: Presiden Arema FC Bilang Tanpa Pilar Asing di Piala Walikota Solo 2021, Kini Datangkan Bek Blasteran Belanda

Akun Instagram @aremaindonesiafc memasang logo Arema Indonesia 11 Agustus 1987 yang bertuliskan "not for sale".

Aremania saat mendukung Arema Indonesia yang bersua Persema 1953 pada laga Liga 3 zona Jawa Timur di
Aremania saat mendukung Arema Indonesia yang bersua Persema 1953 pada laga Liga 3 zona Jawa Timur di

Seakan menegaskan bahwa Arema Indonesia tidak untuk dijual.

Bahkan, sudah muncul akun Instagram dengan nama @savearemaindonesia.

Akun tersebut mendapatkan lebih dari 45 ribu followers yang juga mengusung kalimat Arema Indonesia not for sale.

"Sejarah adalah Harta. Arema Indonesia," tulis akun @savearemaindonesia pada Kamis (17/6/2021).

Sampai berita ini dimuat, belum ada pernyataan lanjutan dari Arema FC terkait gerakan yang muncul di media sosial.

Perlu diketahui, upaya penyatuan Arema ini sejatinya telah digaungkan oleh komunitas Aremania Make Malang Great Again (MMGA) pada 16 November 2020 lalu.

Kala itu, ribuan suporter Arema melakukan aksi damai dengan jalan kaki dari kawasan Patung Singa dan berhenti orasi di depan kantor DPRD Kota Malang, Jawa Timur.

Baca Juga: Intip Ranking FIFA, Timnas Indonesia Diunggulkan dari Calon Lawan di Play-off Piala Asia 2023

Koordinator aksi tersebut, Andi Sinyo, mengatakan bahwa konflik dualisme Arema yang telah berlangsung selama sembilan tahun mengancam hilangnya identitas asli klub Arema.

"Konflik dualisme Arema telah merusak pikiran, hati, jiwa persaudaraan, dan mencoreng nama baik masyarakat Malang Raya, khususnya Aremania di pentas panggung sepak bola Indonesia," kata Andi Sinyo dikutip dari Antara News.

Dalam aksi tersebut, MMGA menuntut dua hal yakni meminta yayasan Arema (pendiri Arema) turun gunung untuk menemui Aremania dan membahas soal permasalahan dualisme, serta meminta dukungan dari pihak terkait untuk memfasilitasi pertemuan ini.

Namun, hingga kini permasalahan dualisme di tubuh Arema masih belum terselesaikan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by AREMA INDONESIA (@savearemaindonesia)

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P
Editor : Nungki Nugroho
Sumber : Antaranews
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.