Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pendapat Shin Tae-yong tersebut didasarkan anggapan bahwa klub Eropa menjadikan turnamen besar sebagai ajang memantau talenta baru.
Padahal, klub-klub Eropa diketahui sudah meninggalkan paham tersebut, sehingga turnamen besar bukan lagi ajang yang tepat untuk memantau pemain.
"Situasi ketika pemain yang tak dikenal (direkrut klub) hanya karena performa di turnamen musim panas (Mei-Juni-Juli) sudah menjadi masa lalu," ucap seorang pemandu bakat klub Premier League kepada The Athletic (27/6/2021).
"Anda hanya akan merekrut seseorang yang Anda kenal, yang kemudian dia mengkonfirmasi catatan positif Anda dengan performa di sepanjang turnamen," jelasnya.
Dengan kata lain, klub-klub modern kini lebih menitikberatkan performa pemain di sepanjang musim bersama klub.
Peralihan paham scouting di atas didasari banyaknya kasus pemain meredup setelah direkrut berdasarkan performa di Piala Dunia.
Papa Bouba Diop dapat menjadi contoh, saat ia dibeli Liverpool setelah tampil bagus bagi Senegal di Piala Dunia 2002, hanya untuk merosot di klub raksasa Inggris itu.
"Orang-orang tidak lagi membeli berdasarkan turnamen lagi," ucap seorang agen kepada The Athletic.
Baca Juga: Kerja Keras Dua Tahun Sia-sia, Wonderkid Timnas Indonesia Tangisi Ancaman Batalnya Piala Dunia U-20
Editor | : | Nungki Nugroho |
Sumber | : | Theathletic.com |