Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - PSSI mendekati pelatih timnas Thailand dan Vietnam, Tottenham selalu gagal meski berkali-kali memakai bekas pelatih Chelsea.
PSSI dan Tottenham Hotspur ada di level yang berbeda, tapi situasi terkini membuat dua entitas itu bisa diperbandingkan dengan suasana suram.
PSSI baru-baru ini terungkap mendekati dua pelatih top Asia Tenggara untuk menjadi suksesor Shin Tae-yong di timnas Indonesia.
Dua pelatih top tersebut yaitu Mano Polking yang masih menjabat pelatih Thailand, serta Park Hang-seo yang menganggur usai meninggalkan Vietnam.
Baca Juga: Langkah PSSI Comot Pelatih Thailand Pernah Dilakukan Dua Dekade Silam, Hasilnya Kegagalan Paripurna
PSSI sejatinya menikmati trek menanjak bersama Shin Tae-yong, tetapi timnas Indonesia selalu mandek di hadapan Vietnam dan Thailand.
Shin Tae-yong dapat mengangkat Indonesia dari posisi 170 menuju 149 di ranking FIFA, hanya untuk selalu kalah dari dua tim top Asean.
Shin Tae-yong tak pernah bisa mengalahkan Vietnam atau Thailand di Kualifikasi Piala Asia 2022, Piala AFF 2020, SEA Games 2021, hingga Piala AFF 2022.
Pada titik ini, PSSI mencoba mengambil jalur pintas dengan mendatangkan pelatih yang selama ini selalu mengalahkan Garuda.
Mano Polking dan Park Hang-seo terbukti bisa membawa Thailand dan Vietnam berprestasi, mengapa tidak mencobanya di Indonesia?
Pandangan demikian lama menghinggapi manajemen Tottenham Hotspur yang dipimpin Daniel Levy.
Tottenham merupakan klub papan tengah-atas Premier League yang tak pernah mencapai level elite, terbukti capaian nir trofi sejak 2008.
Dalam kondisi terdesak mengejar trofi, Tottenham kerap mendatangkan pelatih yang sebelumnya sukses di klub lain, terutama Chelsea.
Sejak pergantian milenium, Spurs tercatat telah mendatangkan empat mantan pelatih Chelsea, dengan semuanya menemui kegagalan.
Percobaan terdahulu seperti Glenn Hoddle (melatih Spurs tahun 2001-2003) dan Andre Villas-Boas (2012-2013) terjadi saat klub itu belum sebesar sekarang.
Namun dua contoh terkini dalam diri Jose Mourinho dan Antonio Conte bisa menjadi contoh lebih relevan.
Jose Mourinho dan Antonio Conte merupakan dua pelatih yang memberi dua trofi Premier League terakhir pada Chelsea, yaitu musim 2014/15 dan 2016/17.
Mourinho datang ke Spurs pada 2019 saat Harry Kane dan kawan-kawan rutin menembus top four Premier League, bahkan menembus final Liga Champions.
Satu-satunya yang kurang pada era Mauricio Pochettino adalah trofi, dan itu alasan manajemen Spurs memecatnya lalu menunjuk Mourinho.
Nyatanya Mourinho justru menjadi sosok yang membuat standar Spurs menurun, dan akhirnya ikut dipecat pada 2021.
Setali tiga uang dengan Antonio Conte, yang cuma bertahan 1,5 musim di London Utara.
Conte pada mulanya sanggup membawa Spurs kembali menembus top four, tetapi perangainya "toxic" hingga dipecat pada Maret lalu.
Resep sukses di rumah tetangga (Chelsea) tak pernah menjadi langkah sukses di Tottenham.
Jika PSSI merasa terlalu jauh dengan contoh di atas, federasi yang dipimpin Erick Thohir itu dapat belajar dari langkah 20 tahun silam.
Pada 2004, PSSI di bawah Nurdin Halid mendatangkan Peter Withe yang memberi dua trofi Piala AFF pada Thailand.
Tiga tahun kemudian, Peter Withe dipecat setelah Indonesia tersingkir dari fase grup Piala AFF!
Baca Juga: Terpukau Persona Thomas Doll, Rizky Ridho Hijrah ke Persija Demi Rasakan Sentuhan Pelatih Jerman
Editor | : | Najmul Ula |