Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLANAS.COM - Pratama Arhan menjadi sorotan media Korea Selatan usai dianggap gagal menapaki karier bersama Suwon FC.
Pratama Arhan telah resmi dicoret Suwon FC dari skuad untuk musim 2025.
Kontrak bek kiri timnas Indonesia itu berakhir pada 31 Desember 2024 lalu.
Arho, sapaan akrabnya, hanya mencatat empat menit bermain dari dua pertandingan selama satu musim di Suwon FC.
Lebih parahnya lagi, Arhan justru mengoleksi satu merah dari empat menitnya di lapangan tersebut.
Keterampilan lemparan ke dalam yang dimiliki Arhan nyatanya tak menjadi daya tarik bagi pelatih Suwon FC.
Ia justru terbuang dari skuad nyaris selama satu musim penuh.
Media Korea, Nate, menyebut Arhan sebenarnya diharapkan menjadi pendulang market Liga Korea di Asia Tenggara.
Namun, sang pemain ternyata gagal menunjukkan kemampuan sesuai standar.
Baca Juga: Dicoret Suwon FC, Media Korea: Pratama Arhan Bukti Produk Gagal Asia Tenggara Berkedok Pemasaran
Walhasil, tujuan pemasaran pun salah sasaran karena perbedaan perekonomian Korea dengan negara-negara di ASEAN.
"Pemasaran di Asia Tenggara tidak hemat biaya," tulis Nate yang mengaku telah mewawancarai salah satu pengurus klub Korea.
Gaji pemain ASEAN juga dianggap terlalu mahal bila dibandingkan dengan kemampuannya.
"Gaji tahunan pemain kompetitif Asia Tenggara setidaknya 200 juta won, jadi lebih baik mencari pemain dari Amerika Selatan atau Eropa Timur untuk mendapatkan uang tersebut," tulisnya.
Arhan lantas dibandingkan dengan dua bintang Thailand, Chanathip Songkrasin dan Theerathon Bunmathan.
Keduanya telah sukses berkarier dan memunculkan pasar Asia Tenggara di Liga Jepang.
"Di J-League (Jepang), pemasaran Asia Tenggara sukses berkat pemain seperti Chanathip Songkrasin dan Theerathon Bunmathan yang memainkan lebih dari 20 pertandingan di liga."
"Tidak ada pemain Asia Tenggara sekaliber itu di K-League, dan sulit untuk mendatangkan mereka," tulis Nate.
Chanathip mampu mencatat 14 gol dari 99 penampilan bersama Consadole Sapporo di Liga Jepang musim 2018-2021.
Ia juga sempat menjadi tumpuan di Kawasaki Frontale selama 18 pertandingan.
Sedangkan Teerathon Bunmathan membukukan 106 penampilan bersama dua tim berbeda di Liga Jepang, Vissel Kobe dan Yokohama F Marinos.
"Saat kami (pengurus klub Korea) melakukan pemasaran di Asia Tenggara, tidak banyak penggemar Asia Tenggara yang tinggal di Korea."
"Harga seragam pemain dan barang-barang juga memberatkan fans di Asia Tenggara, jadi sebenarnya pendapatan klub juga kecil," tulis Nate.
Sedangkan pemain seperti Pratama Arhan hanya menjadi pendulang followers di media sosial.
Itu tidak berpengarah besar bagi klub karena akan ditinggalkan setelah pemain hengkang.
"Jumlah pengikut sosial media yang meningkat pesat dalam jangka pendek juga tidak berarti banyak," tulis Nate.
Dengan kepergian Arhan, praktis tidak ada lagi pemain Indonesia yang merumput di Liga Korea.
Sebelumnya Asnawi Mangkualam juga memutuskan hengkang ke Liga Thailand.
Santer rumor dikabarkan bahwa Rizky Ridho menjadi incaran klub Korea dan Jepang.
Akan tetapi, sang pemain telah mengutarakan minatnya lebih condong ke Liga Thailand.
Editor | : | Nungki Nugroho |
Sumber | : | nate.com |